kisah sa'ad bin muadz

 

Cinta Sa'ad bin Muadz kepada Rasulullah

    Kecintaan Sa'ad bin Muadz kepada Rasulullah ﷺ tidak terkira besarnya dalam Perang Khandaq, sebatang panah menembus urat nadi di tangannya. Ketika ia dirawat, Sa'ad bin Muadz yang begitu besar  sayangnya kepada Rasulullah ﷺ berdoa, "Ya Allah jika dari peperangan dengan Quraisy ini masih ada peperangan lain yang Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya karena tidak ada golongan yang ingin kuhadapi selain kaum yang telah menganiaya, mendustakan, dan mengusir Rasul-Mu.
Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang diantara kami dengan mereka,  jadikan kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekarang ini sebagai jalan untuk menemui Syahid."

Doa Sa'ad bin Muadz terkabul. Setelah Perang Khandaq tidak ada lagi pertempuran dengan Quraisy karena tidak lama setelah itu, Mekah takluk dengan damai.

    Maka, luka yang diderita Sa'ad semakin lama semakin parah. Rasulullah ﷺ datang dan melihat sahabat yang sangat mencintainya itu sedang menghadapi maut. Maka beliaupun meraih kepala Sa'ad bin Muadz dan menaruhnya di pangkuan beliau sambil berdoa, "Ya Allah Sa'ad telah berjihad di jalan-Mu. la telah membenarkan Rasul-Mu dan telah memenuhi kewajibannya. Maka, terimalah rohnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima roh."

Doa itu menentramkan roh Sa'ad. Dengan susah payah dibukanya mata dan berharap kiranya wajah Rasulullah ﷺ yang terakhir kalinya dilihat selagi hidup ini. Harapan itu terkabul. Ditatapnya wajah Rasulullah ﷺ penuh kasih lalu diucapkannya salam terakhir,  "Salam atasmu, wahai Rasulullah!  Ketahuilah bahwa aku bersaksi bahwa Anda adalah Rasul utusan Allah."

Dengan air mata berlinang Rasulullah ﷺ membalas, "Kebahagiaan bagimu wahai Abu Amr."


" Cintailah Nabi dan Keluarganya melebihi engkau cinta kepada dirimu dan keluargamu "



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar