Penaklukan Baitul Maqdis

 ☪️ Penaklukan Baitul Maqdis



Dari al Jabiyah, khalifah Umar bin Khatthab lalu bergerak menuju Baitul Maqdis untuk melakukan perjanjian damai dengan kaum nashrani. "Kala itu Umar bin Khatthab mengajukan syarat agar semua elemen kekuasaan Romawi segera meninggalkan Baitul Maqdis dalam waktu tiga hari, sebelum Umar bin Khatthab masuk ke Masjidil Aqsa lewat pintu yang dimasuki Rasulullah ﷺ pada malam isra’. Umar bin Khatthab lalu melakukan shalat tahiyatul masjid yang dilanjutkan dengan shalat subuh bersama umat Islam lainnya.

Pada rakaat pertama Umar bin Khatthab membaca surah shad yang di dalamnya terdapat ayat sajdah, dan pada rakaat kedua Umar bin Khatthab membaca surah al Isra’, seusai shalat Umar bin Khatthab bertanya kepada Ka’ab bin al Ahbar tentang letak Shakhrah, dan Ka’ab bin Ahbar lalu langsung  menunjukkan batu istimewa itu. Umar bin Khatthab bertanya demikian karena telah terjadi pertikaian panjang dan amat sengit antara kaum Yahudi dan Nasrani, setiap kali kaum Yahudi menang, kaum Nasrani berusaha menghilangkan tempat Shakhrah itu dengan menjadikannya sebagai tempat pembuangan sampah. Bahkan amat lazim bagi kaum perempuan Nasrani membuang pembalut mereka ke tempat tersebut. Semua tindakan itu dilakukan oleh kaum Nasrani karena shakhrah merupakan kiblat bagi kaum yahudi, sementara itu bagian yang digunakan oleh kaum Nasrani sebagai tempat pembuangan sampah adalah dari tempat shakhrah sampai mihrab Dawud.

Jadi pada saat itu Umar bin Khatthab memang tidak dapat mengetahui letak Shakhrah karena batu istimewa itu telah tertimbun sampah dan kotoran, Umar bin Khatthab lalu memerintahkan orang-orang yang berasal dari Yordania untuk membersihkan semua kotoran dan sampah yang menimbun Shakhrah

Dari shakhrah, Umar bin Khatthab melangkahkan kakinya menuju gereja Makam Suci yang ditemani oleh Patriak agung Sefronius. Ketika Umar bin Khatthab sedang berbincang-bincang mengenai perjanjian damai dengan Sefronius, datanglah waktu shalat, Umar bin Khattab pun langsung bertanya kepada Patriak agung agar menunjukkan tempat yang bisa digunakan untuk shalat, serta merta Sefronius mengizinkan Umar bin Khatthab untuk mengerjakan shalat di dalam gereja itu, namun Umar bin Khatthab menolak hal itu seraya mengatakan bahwa jika dirinya shalat di dalam gereja bersejarah itu, ia khawatir akan memberi legitimasi kepada umat Islam untuk mengubah gereja tersebut menjadi masjid hanya karena alasan bahwa Umar bin Khatthab pernah shalat di dalamnya. 

Kekhawatiran inilah yang juga membuat Umar bin Khatthab selalu menolak melaksanakan shalat di semua gereja lainnya, sehingga kaum Nasrani pada saat itu benar-benar yakin bahwa Umar bin Khatthab dan umat Islam pasti menepati semua opsi perjanjian damai yang mereka lakukan dengan kaum Nasrani. Kemudian Umar bin Khatthab melanjutkan perjalanannya dengan Sefronius menuju ke gereja tempat kelahiran Yesus di Bethlehem, lagi-lagi tiba waktu shalat ketika ia berada di gereja tersebut, Umar bin Khatthab pun langsung mengerjakan shalat di tempat tersebut, namun seusai shalat, kekhawatiran Umar bin Khatthab kembali muncul, ia lalu menambahkan point dalam perjanjian damai untuk tidak mengubah gereja kelahiran Yesus menjadi masjid hanya karena ia mengerjakan shalat di dalam gereja tersebut.

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Wakil, tindakan Umar bin Khatthab yang bersedia shalat di dalam gereja tempat kelahiran Yesus namun menolak melakukan shalat di gereja Makam Suci dan gereja Konstantin adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bagi umat Islam, seluruh muka bumi adalah masjid, selain itu untuk menghilangkan kesan yang mungkin muncul dalam hati Sefronius bahwa Umar bin Khatthab membenci gereja karena sesuatu yang tidak ia utarakan.

Penaklukan Elia terjadi pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 16 H. akan tetapi al Baladzuri berpendapat bahwa peristiwa penting itu terjadi pada tahun 17 H. sementara itu mayoritas ahli sejarah justru sering menempatkan peristiwa penaklukan Elia dalam rangkaian kejadian penting yang terjadi tahun 15 H. di al Quds khalifah Umar bin Khatthab tinggal selama 10 hari, Umar bin Khatthab menggunakan waku tersebut untuk menghapus kekuatan bersenjata atas wilayah al Quds seperti yang lazim dilakukan terhadap daerah yang telah melakukan perjanjian damai dengan kaum muslimin, Umar bin Khatthab juga membagi wilayah kekuasaannya untuk mempermudah jalannya pemerintahan, sekaligus menunjuk penguasa bagi tiap-tiap daerah tersebut. Setelah selesai melakukan semua itu, Umar bin Khatthab kembali ke Madinah.


~~~ Wallahu A'lam ~~~

manufer militer umar bin khatab

 🏵 Manufer Militer Umar bin Khatthab




Khalifah Umar bin Khatthab  memulai masa pemerintahannya dengan serangkaian penaklukan yang sebelumnya telah dirintis oleh Abu Bakar, Umar bin Khatthab berhasil menyelesaikan semua tanggung jawab itu dengan amat gemilang. Berkat rahmat Allah ﷻ serta dukungan para negarawan Islam pada saat itu, Umar bin Khatthab berhasil membangun Negara yang amat luas dalam waktu yang relatif singkat jika dibandingkan dengan waktu yang sebelumnya dibutuhkan oleh para kaisar dan penguasa untuk meluaskan kekuasaan mereka.

Namun demikian, misi dan cara yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khatthab jauh berbeda dengan tujuan para penguasa tersebut. Umar bin Khatthab menegakkan Negara yang dipimpinnya di atas dasar yang kokoh berupa keimanan kepada Allah ﷻ dan penegakan keadilan yang didukung pula oleh rasa cinta yang tulus, akhlak yang baik, dan tradisi Arab yang luhur. Jadi, wajar saja jika sejarah menulis nama Umar bin Khatthab sebagai seorang penakluk paling besar dalam sejarah manusia. Sebab, semua penaklukan yang dilakukan oleh Umar bin Khatthab selalu memberikan dampak yang positif bagi bangsa-bangsa yang mendiami wilayah taklukannya.

Bagi Umar bin Khatthab, penaklukan adalah semata-mata upaya untuk meninggikan kalimat Allah ﷻ dan demi menggenapi janji Allah ﷻ kepada orang-orang beriman, yaitu mereka akan menjadi pewaris bumi. Selain itu, Umar bin Khattab memang memiliki tekad yang amat kuat untuk membebaskan umat manusia dari kekejaman para penguasa Persia dan Romawi dibarengi dengan menyampaikan risalah tentang keesaan Allah ﷻ kepada bangsa-bangsa yang ada. Allah ﷻ berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At Taubah: 33)

Suatu ketika, datanglah seorang lelaki kepada Umar bin Khatthab dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bawalah diriku untuk berjihad!” mendengar itu, Umar bin Khatthab pun berkata kepada seorang lelaki lain: “Ajaklah ia masuk ke baitul mal dan biarkan dia mengambil apapun sekehendak hatinya!” maka lelaki itu pun masuk ke baitul mal yang ternyata di dalamnya banyak terdapat emas dan perak, Lelaki itu berkata: “Aku sama sekali tidak membutuhkan hal ini, yang ku butuhkan hanya bekal dan kuda tunggangan!” maka lelaki itupun dibawa menghadap Umar bin Khatthab. Setelah dikabari ikhwal ucapan lelaki tersebut, Umar bin Khatthab langsung meminta bawahannya agar memberikan bekal dan kuda tunggangan kepada lelaki tersebut. Lantas Umar bin Khatthab sendiri yang menuntun lelaki itu atas kudanya. Setelah berada di atas kuda, lelaki itu pun melangkahkan kudanya seraya menengadahkan tangan memuji Allah ﷻ atas apa yang dianugerahkan kepadanya. Dan Umar bin Khattab terus mengikuti lelaki itu sambil berharap agar ia juga di doakan olehnya. Setelah doa itu, dia kembali berdoa dengan berucap: “Ya Allah ﷻ, limpakanlah kebaikan kepada Umar bin Khatthab!”

Itulah khalifah Umar bin Khatthab Al Faruq, dia sangat cerdas dan tahu cara memilih orang yang tepat sebagai pasukannya, yang mengutamakan harta dari Din Allah ﷻ, Umar bin Khatthab selalu memberikan wasiat terbaik dan menjaga setiap perkara terpuji untuk disampaikan kepada semua panglima peranganya. Ini bertujuan agar mereka terus menghidupkan hakikat keimanan yang selalu ia sampaikan kepada mereka.

Suatu ketika Umar bin Khattab pernah berkata: “Demi dzat yang telah mengutus Muhammad dengan kebenaran, seandainya ada seekor onta saja yang binasa sia-sia di tepian sungai Eufrat, aku khawatir karena hal itu semua keluarga al Khattab di mintai pertanggung jawaban oleh Allah ﷻ.”

Pada zaman jahiliyah, orang-orang Arab begitu takut terhadap bangsa yang memiliki dua kerajaan sebagai kaki tangannya: bangsa Lakhmi yang menjadi kaki tangan Persia, dan bangsa Ghassan yang menjadi kaki tangan Romawi untuk menguasai syam. Bangsa Arab selalu mengagungkan mereka, menyebut mereka dengan sebutan raja, dan para pujangga Arab juga banyak yang mengubah judul syair-syair untuk memuji mereka

Sebelum terjadinya berbagai macam penaklukan Islam, sejarah mencatat berbagai perang yang berkobar dimana-mana yang dilakukan oleh bangsa Sumeria, Babylon, para Firaun, bangsa Yunani, Romawi, Persia, dan bangsa-bangsa lainnya. Setelah masa penaklukan Islam berlalu, sejarah kembali mencatat berkobarnya perang dimana-mana yang dilakukan oleh Jenghis Khan, Hulagu Khan, Timur Leng, dan penjajahan kaum salib sejak zaman pertengahan hingga sekarang ini. Semua peperangan tersebut jelas tidak pernah terjadi melainkan hanya untuk mengejar ambisi jangka pendek dan sebagai bentuk penindasan yang busuk. Semua peperangan itu tentu saja berbeda dengan penaklukan oleh umat Islam yang dilakukan untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dan mengubahnya menjadi penghambaan kepada Allah ta’ala semata. 

 

 

~~~ Wallahu A'lam ~~~




jendral terhebat dalam sejarah islam

 9 JENDRAL TERHEBAT DALAM SEJARAH ISLAM



1. SALAHUDDIN AL AYYUBI

Dunia mengenalnya sebagai salah satu tokoh pemimpin terbesar. Dialah juga merupakan salah satu tokoh terbesar dalam Perang Salib. Namanya dikenal luas tatkala ia dapat menaklukkan kerajaan Jerusalem yang ketika itu dipimpin oleh Guy The Lusignan, Raja Jerusalem. Pasukan Shalahuddin dikenal sebagai pasukan yang pemberani di bawah pimpinannya. Bernama lengkap Salahuddin Al-Ayubi yang dikenal di dunia barat sebagai Saladin terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140 km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota Dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.


2. ABDULLAH BIN AAMIR

Abdullah bin Aamir (عبدالله بن عامر ) adalah gubernur Busrha (647–656) dan merupakan jenderal militer yang sangat sukes pada masa pemerintahan Khalifah Rasyidin Utsman bin Affan. Dia dikenal atas kehebatannya dalam administrasi dan militer.


3. AMR BIN ASH

Namanya adalah Amr bin Ash bin Wail bin Hisyam bin Said bin Sahm al-Qurasyi as-Sahmi. Di antara jasa besarnya adalah ketika Umar bin Khattab mengamanatinya untuk menaklukkan Mesir, dan dia berhasil menunaikan amanat tersebut. Amr merupakan salah seorang pahlawan bangsa Arab yang sangat terkenal, sekaligus seorang politisi yang cemerlang. Terkenal dengan kecerdasan dan kepintarannya mengatur siasat.


4. THARIQ BIN ZIYAD

Thariq bin Ziyad (670 - 720) (طارق بن زياد), dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto (Taric yang memiliki satu mata), adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.


5. SYURAHBIL BIN HASANAH

Dia merupakan salah satu komandan tersukes dalam pasukan Rasyidin, bertugas di bawah Khalifah Rasyidin Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Dia merupakan salah satu komandan lapangan utama selama penaklukan Muslim di Suriah, bertugas sejak tahun 634 hingga kematiannya pada tahun 639 akibat wabah.


6. KHALID BIN WALID

Khalid ibn al-Walid, atau sering disingkat Khalid bin Walid adalah seorang panglima perang pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang termahsyur dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai Saifullah Al-Maslul (pedang Allah yang terhunus). Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang kariernya, terkenal sebagai panglima tertinggi untuk Nabi Muhammad dan penerus-penerusnya. Di bawah kepemimpinan militernyalah Arabia untuk pertama kalinya dalam sejarah membentuk entitas politik yang bersatu, Kekhalifahan.

Mengkomandani pasukan muslim yang baru, dia tak terkalahkan lebih dari seratus pertempuran termasuk melawan Kekaisaran Byzantium, Kekaisaran Sassanid, dan sekutu-sekutu mereka termasuk juga suku-suku Arab di luar kekuasaan Khalifah. Pencapaian strategis dia ialah penaklukan Arab, Persia Mesopotamia dan Suriah Romawi hanya dalam waktu empat tahun pada tahun 632 ke 636. Kemenangan-kemenangan yang terkenal darinya ialah kemenangan telak pada Pertempuran Yamama, Pertempuran Ullais dan Pertempuran Firaz, dan kesuksesan taktis pada Pertempuran Walaja dan Pertempuran Yarmuk.

7. MUHAMMAD AL FATIH

Muhammad al-Fatih adalah salah seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ke tujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa selama 11 abad.

Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain menaklukkan Bizantium, ia juga berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayah-wilayah Eropa, dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi menajemen Kerajaan Bizantium yang telah matang ke dalam Kerajaan Utsmani.


8. SA'AD BIN ABI WAQQAS

Kepahlawanan Sa'ad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.

Bersama 3.000 pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.

Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan Muslim, pasukan Persia yang siap tempur berjumlah 120 ribu orang di bawah panglima perang kenamaan mereka, Rustum.


9. ABU UBAIDAH BIN AL JARRAH

Abu Ubaidah bin al-Jarrah adalah Muhajirin dari kaum Quraisy Mekah yang termasuk paling awal untuk memeluk agama Islam. Ia ikut berhijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian, Ia hijrah ke Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Ia merupakan salah satu calon Khalifah bersama dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Setelah terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah, Dia ditunjuk untuk menjadi panglima perang memimpin pasukan Muslim untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi. Ia meninggal disebabkan oleh wabah penyakit.


Demikianlah Kisah 9 Jendral terhebat sepanjang sejarah Islam.

Semoga bisa menjadi teladan dan bermanfaat bagi kita semua.
___

Allah ﷻ berfirman,
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal...” (QS. Yusuf: 111)

اللَّـﮬـُمَّ صـَلِِ ؏َـلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِن امُحَمَّدٍ ﷺ


Kisah Umar bin Khatthab Menangis Melihat Tempat Tidur Seorang Rasulullah

 Kisah Umar bin Khatthab Menangis Melihat Tempat Tidur Seorang Rasulullah ﷺ, Kekasih Allah


Nabi Muhammad ﷺ ialah manusia yang paling mulia dan paling berpengaruh sepanjang zaman. Rasulullah ﷺ hidup di tengah-tengah masyarakat negeri Arab ketika itu dengan penuh kesederhanaan.

Ada kisah yang dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan Anas bin Malik tentang keadaan rumah Rasulullah ﷺ yang jelas menggambarkan kesederhanaan Rasulullah ﷺ, ini terlihat dari beliau tidur di atas tempat tidurnya yang hanya beralaskan pelepah tanpa alas di bawahnya dan bantalnya dari kumpulan serabut yang dilapisi kulit. Masyaallah...! Betapa sederhananya Rasulullah ﷺ.

Beliau tidur di atas tikar, di bawahnya tidak ada alas apapun, sehingga membekas di pinggang beliau, hal ini pernah membuat Umar menangis melihat keadaan Rasulullah ﷺ.

(Diriwayatkan oleh Bukhari No. 4913 dan Muslim No. 1479).

Rumah Rasulullah ﷺ bersama Sayyidah Khadijah radhiyallahu 'anha (Tepatnya Pintu Kamar Rasulullah) sebelum hijrah ke Madinah

Anas bin malik radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku masuk kepada Nabi ﷺ, Saat itu beliau sedang tidur di atas tempat tidurnya, bagian depannya dianyam dengan pelepah, di bawah kepala beliau adalah bantal dari kulit yang berisi serabut. Lalu beberapa orang sahabat masuk kepada beliau, Umar juga masuk, maka Rasulullah ﷺ membalikkan tubuhnya sehingga Umar melihat pinggang beliau tersingkap, tempat tidur dari anyaman pelepah itu meninggalkan bekas di pinggang Rasulullah ﷺ, maka Umar pun menangis.

Maka Nabi ﷺ bertanya kepada Umar, 'Apa yang membuatmu menangis wahai Umar?'

Umar menjawab, 'Demi Allah, Sungguh aku mengetahui bahwa anda lebih mulia di sisi Allah ﷻ dari pada Kaisar Persia dan Kaisar Romawi, sementara dua orang itu bermain-main dengan dunia seperti yang telah mereka berdua lakukan, Sedangkan engkau ya Rasulullah, keadaanmu seperti yang Aku lihat ini.'

Maka Nabi ﷺ bersabda:

ماترضى أن تكون له‍م الدنيا ولنا الآ خر ة؟

'Apakah kamu tidak rela, jika mereka mendapatkan dunia, dan kita mendapatkan Akhirat?'

Umar menjawab, Ya. 'Rasulullah ﷺ bersabda, 'Demikianlah perkaranya.
(Diriwayatkan oleh Ahmad No. 12009 dan Ibnu Hibban dalam shahihnya No. 6362. Syu'aib al-Arna'uth berkata, "shahih li ghairihi. "Asalnya dalam ash-Shahihain, diriwayatkan oleh al-Bukhari No. 4913 dan Muslim No. 1479)

Begitu sederhana Rasulullah ﷺ. Mari kita bershalawat kepada Beliau:

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

Rahasia mengapa setan takut kepada umar

 Rahasia Mengapa Setan Takut kepada Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu


Ada seorang mukmin bertemu dengan setan, lalu ia bergulat melawannya dan berhasil membantingnya. Setan tersebut ditanya oleh teman-temannya, “Mengapa kamu bisa dibantingnya?”

“Di antara kawan-kawannya, orang itu benar-benar sangat kuat,” jawabnya.

“Siapa orang itu, apakah ia bukan Umar radhiyallahu 'anhu?”

Setan sangat takut terhadap Umar, seperti sabda Nabi ﷺ.

“Apabila Umar radhiyallahu 'anhu berjalan di suatu lorong atau lembah, setan akan mengambil jalan di lorong atau lembah yang lain.”

Bagaimana Umar radhiyallahu 'anhu bisa naik ke peringkat yang seperti itu? Jawabnya karena kesabaran. Ia mengikat syahwatnya dengan mengekang hasrat dan keinginannya.

Semasa menjadi Khalifah, kaum Muslimin pernah mengalami masa paceklik sehingga mereka kelaparan. Beliau menderita sakit wasir dan kulitnya menghitam karena ia bersumpah tidak akan makan daging atau mentega sebelum keadaan membaik. Para sahabat memandangnya terlalu keras kepada diri sendiri maka mereka kemudian berkumpul untuk membicarakan keadaan Khalifah. Salah seorang di antara mereka berkata,

“Siapa yang berani berbicara kepada Umar dalam persoalan ini?”

Mereka menjawab, “Tak ada yang berani selain putrinya sendiri, yakni Ummul Mukminin Hafshah, karena beliau tidak akan mencela dan memarahinya.”

Akhirnya dicapai kesepakatan untuk minta bantuan Ummul Mukminin, Hafshah, agar melunakkan sikap ayahnya terhadap dirinya sendiri.

Lalu Hafshah datang menemui ayahnya. “Wahai ayah, cukuplah sudah engkau menyiksa dirimu dan berlaku keras pada dirimu,” ungkap Ummul Mukminin itu lembut.

Umar menatap putrinya dan berkata, “Wahai Hafshah, bukankah engkau sudah tahu bahwa Rasulullah tidak pernah makan roti sampai kenyang hingga dua hari berturut-turut? Hafshah, bukankah engkau sendiri pernah mengatakan bahwa Rasulullah hanya memiliki sebuah selimut beludru yang beliau pakai untuk selimut pada musim dingin dan beliau hamparkan di bawah sebagai alas tidurnya pada musim panas. Hafshah, bukankah aku telah diberi tahu bahwa Rasulullah belum pernah merasakan roti lunak dan lembut dalam hidupnya…” Umar menyebutkan beberapa hal kepada Hafshah, lalu menangis sehingga Hafshah pun ikut menangis.

Beliau kemudian bangkit meninggalkan ayahnya.

Bagaimana setan tidak takut kepada Umar? Sesungguhnya seluruh dunia berada dalam genggamannya.

Sesungguhnya orang yang sabar mengekang syahwatnya akan menginjak dunia dengan kakinya. Sesungguhnya orang yang sabar mengekang hawa nafsunya dan tidak menaatinya, ia lebih kokoh dari gunung-gunung yang kokoh.
 

📚Disadur dari Tarbiyah Jihadiyah jilid ke-10 karya syaikh Abdullah Azzam.

Kisah Umar bin Khatab dimarahi Istrinya

 Kisah Umar bin Khatthab Dimarahi Istrinya




Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid menjelaskan sebuah kisah yang banyak beredar di internet dan buku-buku pernikahan.

Bahwasanya seorang lelaki mendatangi Umar untuk mengadu tentang perangai istrinya, lalu lelaki itu berdiri di depan pintu rumah Umar dan mendengar suara omelan istri Umar kepada Umar. Umar bin Khattab sendiri diam tak bersuara, tak membalas omelan istrinya itu.

Lelaki itu pun berbalik pergi seraya berkata (dalam hati), “Jika keadaan Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab saja seperti ini, bagaimana bisa (aku mengadukan) perihalku.”

Umar keluar dari rumah dan melihat lelaki itu pergi. Umar memanggil lelaki itu, “Apa keperluanmu, wahai saudaraku?”

Lelaki itu berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, aku datang untuk mengadu kepadamu tentang perangai istriku yang selalu mengomeliku, namun barusan aku mendengar istrimu pun berbuat demikian kepadamu sehingga akupun kembali seraya berkata (dalam hati) kalau keadaan Amirul Mu’minin dengan istrinya pun seperti ini, bagaimana bisa (aku mengadukan) perihalku.”

Umar pun berkata kepada lelaki itu, “Aku menanggung omelannya (dengan sikap diamku) karena hak-hak yang dimilikinya dariku. Istriku memasak makanan dan mengadon roti untukku, dia mencuci bajuku dan menyusui anakku padahal semua itu bukanlah kewajiban baginya. Selain itu, hatiku pun merasa tenang kepadanya dan (terjauhkan) dari hal-hal yang haram. Itulah yang membuatku (bersikap diam) menanggung omelannya.”

Lelaki itu berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, seperti itu pulakah istriku?”

Umar menjawab, “Kau tanggunglah beban itu, wahai saudaraku. Karena semua (omelan) itu hanya sejenak saja.”

Kami tidak mendapati asal bagi kisah ini, tidak pula kami dapati seorang pun dari ulama hadits yang membicarakan hadits ini.

Kisah ini hanya disebutkan oleh Syaikh Sulaiman bin Muhammad al-Bujairami, ahli fikih mazhab asy-Syafi’i, di kitab Hasyiyah ‘ala Syarh al-Minhaj (3/441-442) sebagaimana disebutkan juga oleh Abu al-Laits as-Samarqandi, ahli fikih mazhab al-Hanafi, di kitabTanbih al-Ghafilin (halaman 518), demikian juga Ibn Hajar al-Haitami di kitab az-Zawajir (2/80).

Akan tetapi tak seorang pun dari ketiganya yang menyebutkan sanad bagi kisah tersebut, bahkan mereka mengemukakannya dengan shighah at-tamridh yang menunjukkan kelemahan riwayat seperti, “Dzukira anna rajulan (disebutkan bahwa seorang lelaki),” atau, “Ruwiya anna rajulan (diriwayatkan bahwa seorang lelaki),”dan penyebutan (shighah tamridh) ini mengindikasikan bahwa kisah tersebut tidaklah sahih, dan ini dikuatkan pula oleh hal-hal berikut:

Pertama

Kisah ini berlawanan dengan hal yang masyhur dalam sejarah Umar radhiyallahu ‘anhu tentang keadaannya yang disegani manusia. Lantas bagaimana dengan istrinya? Ibn ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,“Setahun lamanya aku menahan diri untuk bertanya kepada Umar bin Khatthab mengenai satu ayat al-Quran. Aku tak berani menanyakannya karena kewibawaannya.”–Diriwayatkan oleh Bukhari No. 4913 dan Muslim No. 1479.

Amr bin Maimun berkata, “Aku menyaksikan Umar radhiyallahu ‘anhu pada hari beliau ditikam. Tidak ada hal yang menghalangiku untuk berada di shaf pertama kecuali kewibawaannya. Umar memang lelaki yang disegani.” –Hilyah al-Auliya’ (4/151).

Kedua

Suara keras yang ditujukan kepada Umar radhiyallahu ‘anhu oleh istrinya sampai-sampai terdengar oleh orang yang berada di luar rumah, sementara Umar hanya berdiam diri saja adalah kemungkaran bukan kesabaran, dan yang diketahui dari ahwal Amirul Mu’minin, beliau akan mengingkari perkara demikian dengan menghentikannya.

Umar adalah orang yang ditakuti oleh setan. Seandainya Umar melewati sebuah jalan, niscaya setan akan melewati jalan lain yang tak dilewati oleh Umar. Perempuan-perempuan yang meninggikan suara dan mengomeli suami mereka tidaklah dikenali di kalangan salaf.
Ketiga

Ucapan Umar, “Istriku memasak makanan dan mengadon roti untukku, dia mencuci bajuku dan menyusui anakku padahal semua itu bukanlah kewajiban baginya,” merupakan ucapan yang tidak shahih. Pelayanan istri terhadap suaminya merupakan kewajiban menurut cara yang ma’ruf dan khususnya masalah penyusuan. Wajib bagi istri untuk menyusui anak-anaknya tanpa upah apabila dia masih menjadi istri suaminya.

Sehingga kesimpulannya adalah bahwa kisah di atas tidak ada asalnya, matannya berisi kemungkaran dan tidak shahih. Oleh karena itu tidak benar menjadikannya sebagai dalil tentang kebolehan bagi istri untuk meninggikan suara terhadap suaminya.

Meninggikan suara terhadap suami merupakan perangai dan pergaulan yang buruk. Hal itu tidak diperbolehkan.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan,
“Kami katakan kepada istri (yang berbuat seperti itu) bahwa meninggikan suara kepada suaminya itu merupakan perangai yang buruk. Suami adalah penanggung jawab dan pemimpin baginya maka sudah selayaknya untuk dihormati dan diajak berkomunikasi dengan budi bahasa yang baik karena hal itu lebih memungkinkan untuk mencapai kerukunan dan kecintaan di antara pasangan suami istri. Demikian juga dengan suami, dia harus mempergauli istrinya dengan baik pula sehingga terwujud kesalingan pergaulan yang baik.
Allah ﷻ berfirman, “Bergaullah kalian dengan mereka cara yang baik. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa: 19)

Maka nasihatku kepada istri (yang melakukan perbuatan ini), hendaklah dia bertakwa kepada Allah ﷻ mengenai dirinya dan suaminya. Janganlah meninggikan suara kepada suaminya terutama tatkala suaminya itu mengajak bicara kepadanya dengan tenang dan lembut.”

Takutnya Para Wanita pada Umar

Dari Sa’ad bin Abu Waqqash radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

Umar meminta izin masuk kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu di rumah Rasulullah ﷺ ada beberapa perempuan Quraisy yang sedang berbincang-bincang lama dengan beliau seraya mengangkat suara mereka.

Ketika mengetahui Umar meminta izin untuk masuk, para perempuan itu terdiam dan bergegas-gegas untuk berhijab. Rasulullah ﷺ mengizinkan Umar masuk. Rasulullah ﷺ tertawa, lalu Umar berkata, “Semoga Allah senantiasa membahagiakanmu, wahai Rasulullah.”

Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku heran dengan para perempuan yang ada di sini, ketika mendengar suaramu, mereka langsung saja berhijab.”

Umar berkata, “Wahai Rasulullah, engkaulah yang lebih patut untuk mereka segani.”

Kemudian Umar berkata (kepada para perempuan itu), “Wahai musuh-musuh bagi jiwa-jiwa kalian sendiri! Kenapa kalian takut kepadaku tapi tak takut kepada Rasulullah ﷺ”

Para perempuan itu berkata, “Iya! Karena kamu lebih galak dan lebih kasar daripada Rasulullah ﷺ.”

Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Wahai Ibnul Khatthab, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidaklah setan mendapatimu melalui satu jalan kecuali dia akan mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang kau lalui.”

(HR. Bukhari No. 3120 dan Muslim No. 2397)




 ~~~ Wallahu A'lam ~~~

Tabi'in Bijak

 Tokoh Tabi'in Syuraih Al-Qadhi, Hakim Yang Bijak



Hari itu, amirul mukminin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu membeli seekor kuda dari seorang dusun. Setelah membayarnya, beliau menaiki kuda tersebut dan bermaksud pulang menuju rumahnya. Namun tak seberapa jauh dari tempat itu, tiba-tiba kuda tersebut menjadi cacat dan tak mampu melanjutkan perjalanan. Maka Umar membawanya kembali kepada si penjual seraya berkata,

Umar: “Aku kembalikan kudamu, karena ternyata dia cacat.”

Penjual: “Tidak wahai amirul mukminin, tadi aku menjualnya dalam keadaan baik.”

Umar: “Kita cari seseorang yang akan memutuskan permasalahan ini.

Penjual: “Aku setuju, aku ingin Syuraih bin al-Harits al-Kindi menjadi hakim bagi kita berdua.”

Umar: “Mari.”

Amirul mukminin Umar bin Khathab bersama penjual kuda tersebut mendatangi Syuraih. Umar mengadukan penjual itu kepadanya. Setelah mendengarkan juga keterangan dari orang dusun tersebut, Syuraih menoleh kepada Umar bin Khathab sambil berkata,

Syuraih: “Apakah Anda mengambil kuda darinya dalam keadaan baik?”

Umar: “Benar.”

Syuraih: “Ambillah yang telah Anda beli wahai amirul mukminin, atau kembalikan kuda tersebut dalam keadaan seperti tatkala Anda membelinya.”

Umar: (memperhatikan Syuraih dengan takjub lalu berkata) “Hanya beginikah pengadilan ini? Kalimat yang singkat, dan hukum yang adil. Berangkatlah ke Kufah, karena aku mengangkatmu menjadi qadhi di sana.”

Ketika Umar menetapkan Syuraih bin al-Harits sebagai qadhi, beliau bukanlah sosok yang asing di kalangan masyarakat Madinah. Beliau adalah orang yang memiliki kedudukan di antara para ahli ilmu, tokoh-tokoh terkemuka, para sahabat dan para tokoh tabi’in.

Beliau termasuk dalam bilangan ulama yang terhormat dan utama, diperhitungkan dalam tingkat kecerdasan, kebagusan perilaku, banyaknya pengalaman, dan kedalaman wawasannya.

Beliau dilahirkan di Yaman kota al-Kindi, hidup lama dalam masa jahiliyah. Ketika cahaya hidayah datang di jazirah Arab memancarkan sinar Islamnya sampai ke Yaman, Syuraih termasuk orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, turut menyambut dakwah menuju hidayah dan kebenaran.

Siapapun yang mengetahui keutamaan dan keistimewaan pribadinya berandai sekiranya Syuraih lebih cepat sampai ke Madinah dan bertemu Rasulullah ﷺ sebelum wafat, tentu beliau bisa menggali ilmu dari sumbernya secara langsung tanpa perantara. Beliau bisa mendapat bagian kehormatan sebagai sahabat setelah mendapatkan hidayah itu, hanya saja apa yang telah ditakdirkan untuknya telah terjadi.

Bukanlah berarti gegabah jika al-Faruq Umar bin Khathab menyerahkan jabatan dalam pengadilan agung itu kepada seorang tabi’in, meski dalam masyarakat Islam saat itu masih banyak sahabat Nabi yang bersinar cemerlang bagai cahaya bintang. Waktu pun telah membuktikan betapa firasat dan pilihan Umar radhiyallahu ‘anhu adalah tepat.

Terbukti, Syuraih menjadi qadhi di pengadilan selama 60 tahun secara berturut-turut sejak masa khilafah Umar bin Khathab, lalu Utsman bin Affan, lalu Ali bin Abi Thalib, Muawiyah serta khalifah setelah Mu’awiyah dari Bani Umayyah. Hingga akhirnya beliau mengundurkan diri pada awal pemerintahan Hajjaj bin Yusuf sebagai wali di Irak.

Beliau telah berumur 107 tahun. Hidupnya penuh dengan peristiwa dan pujian. Pengadilan Islam bersinar karena keindahan keputusan-keputusan Syuraih dan semerbak dengan indahnya kepatuhan dari kaum muslimin maupun non muslim. Itu semua karena ditegakkannya syariat-syariat Allah oleh Syuraih, juga berkat kerelaan semua orang untuk menerima keputusannya.

 

 ~~~ Wallahu A'lam ~~~

 

Kisah Umar bin Khatab dan Gadis Jujur

 

 Umar bin Khattab dan Gadis Jujur

 


Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu memiliki kegemaran melakukan ronda malam sendirian untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya secara langsung dari dekat.

Ketika melewati sebuah gubuk, khalifah merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik. Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Dari balik bilik Khalifah Umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.

"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini," kata anak perempuan itu. "Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit."

"Benar anakku," kata ibunya.

"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak," harap anaknya.

"Hmm, sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan," kata ibunya. Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.

"Nak," bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah."

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.

"Tidak, Bu!" katanya cepat. "Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air." Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu," gerutu ibunya kesal.

"Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?"

"Tapi tidak akan ada yang tahu kita mencampur dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita," kata ibunya tetap memaksa. "Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!"

"Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apapun kita menyembunyikannya," tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang. Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.

"Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin, Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat," kata anak itu. Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres. Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.

"Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam Khalifah Umar. Dia beranjak meninggalkan gubuk itu kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.

Keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Diceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.

"Anakku menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya," kata Khalifah Umar. "Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut kepada manusia. Tapi takut kepada Allah yang Maha Melihat." Ashim bin Umar menyetujuinya.

Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan ditangkap karena suatu kesalahan.

"Tuan saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami," sahut ibu tua ketakutan.

Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya. "Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putra khalifah, tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?" tanya ibu dengan perasaan ragu.

"Khalifah adalah orang yang tidak membedakan manusia. Sebab, hanya ketaqwaanlah yang meninggikan derajat seseorang di sisi Allah," kata Ashim sambil tersenyum.

"Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur," kata Khalifah Umar. Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya. Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka. "Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian," jelas Khalifah Umar.

Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana dengan menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya. Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia dan membahagiakan kedua orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab, yakni Umar bin Abdul Aziz.

Subhanallah... Maha suci Allah. Yang pada akhirnya Umar bin Abdul Aziz menjadi pemimpin yang jujur yang memimpin bangsa arab. 


~~~ Wallahu A'lam ~~~

Krisis Ekonomi Di Zaman Kholifah Umar

Krisis Ekonomi di Zaman Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu


Umat Islam ternyata sejak dari dulu memang sudah tidak asing dengan krisis ekonomi. Setidaknya, sejak zaman Rasulullah ﷺ, ada dua krisis ekonomi besar yang pernah dicatat oleh buku sejarah Islam.

Pertama,
ketika umat Islam diboikot oleh  kaum Yahudi dalam masa awal penyebaran Islam.

Kedua,
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Apa penyebabnya dan bagaimana Khalifah Umar bin Khattab mengentaskannya?

Krisis itu terjadi tepatnya pada tahun 18 hijriah. Peristiwa besar ini kemudian disebut “Krisis Tahun Ramadah”. Saat itu di daerah-daerah terjadi kekeringan yang mengakibatkan banyak orang dan binatang yang mati. Orang-orang pun banyak yang menggali lubang tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya—saking langkanya makanan.

Khalifah Umar yang berkulit putih, saat itu terlihat hitam. Ia pun berdoa: “Ya Allah, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad pada tanganku dan di dalam kepemimpinanku.”

Beliau juga berkata kepada rakyatnya: “Sesungguhnya bencana disebabkan banyaknya perzinaan, dan kemarau panjang disebabkan para hakim yang buruk dan para pemimpin yang zalim. Carilah ridha Tuhan kalian dan bertobatlah serta berbuatlah kebaikan”.

Tidak lama kemudian berbagai krisis tersebut segera diatasi. Saking sejahteranya, tiap bayi yang lahir pada tahun ke-1, mendapat insentif 100 dirham (1 dirham perak kini sekitar Rp90.000, tahun ke-2 medapatkan 200 dirham, dan seterusnya. Gaji guru pun per bulan mencapai 15 dinar (1 dinar emas kini sekitar Rp3 juta).

Pada tahun 20 hijriah, khalifah Umar juga mencetak mata uang dirham perak dengan ornamen Islami. Ia mencantuman kalimah thayibah, setelah sebelumnya umat Islam menggunakan dirham dari Persia yang di dalamnya terdapat gambar raja-raja Persia.

Adapun pencetakan dinar emas berornamen Islami diberlakukan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan pada tahun 75 hijrah.

📚 Sumber: Al-Fiqh al-Iqtishadi li Amir al-Mukminin Umar Ibn Khathab

Kisah Gubernur Mesir

 Saat Gubernur Mesir, Amru bin Ash radhiyallahu 'anhu Menggusur Gubuk Reyot Demi Pembangunan Masjid

 


Sebagai mana kita ketahui setelah Islamnya Umar bin Khatab, ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad ﷺ dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad ﷺ.

Umar diangkat menjadi khalifah setelah mengantikan khalifah pertama Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dia adalah khalifah yang disayangi oleh Umat. Dia dikenal sebagai pemimpin yang adil dan penyayang kepada umat. Dia juga pemimpin pelindung pada kaum minoritas.

Dalam suatu riwayat dikisahkan di masa kepemimpinan beliau, Mesir dipimpin oleh gubernur yang kehidupannya sangat kaya bagaikan kaisar. Ia bernama Amru bin Ash. Saat itu sang gubernur ingin membangun sebuah masjid di samping istananya yang megah, tetapi di wilayah yang akan dibangunnya masjid, ada gubuk reyot milik seorang yahudi.

Gubernur Amru bin ‘Ash lalu memanggil orang Yahudi itu dan meminta agar dia mau menjual gubuknya. Akan tetapi orang Yahudi itu tidak berniat untuk menjualnya. Kemudian gubernur Amru bin ‘Ash memberikan penawaran yang cukup tinggi dengan harga 15 kali lipat dari harga pasaran, tetapi tetap saja orang Yahudi itu menolak untuk menjualnya.

Gubernur Amru bin ‘Ash kesal dan akhirnya karena berbagai cara telah dilakukan dan hasilnya buntu, maka sang gubernur pun menggunakan kekuasaannya dengan memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan surat pembongkaran dan akan menggusur paksa lahan tersebut. Sementara si Yahudi tua itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan kemudian dia berniat untuk mengadukan kesewenang-wenangan gubernur Mesir itu pada Khalifah Umar bin Khattab.

Di sepanjang jalan menuju Madinah, Yahudi itu berpikir bagaimana sosok sang khalifah, apakah ia sama sikapnya dengan sang gubernur. Hingga akhirnya ia sampai di kota Madinah. Ia bertemu dengan seorang pria yang duduk di bawah pohon kurma. Ia bertanya, “Wahai tuan, tahukah anda di mana khalifah?”

Lelaki itu menjawab, “Ada apa kau mencarinya?”

“Aku ingin mengadukan sesuatu.” Jawabnya. Ia bertanya lagi, “Di manakah istananya?”.

“Ada di atas lumpur.” jawab lelaki itu

Yahudi itu bingung atas jawabannya kemudian ia bertanya lagi, “Lalu, siapa pengawalnya?”

“Pengawalnya orang-orang miskin, anak yatim dan janda-janda tua.”

Yahudi itu bertanya lagi, “Lalu pakaian kebesarannya apa?”

“Pakaian kebesarannya adalah malu dan taqwa.”

Yahudi itu bertanya lagi, ”Di mana ia sekarang?”

Lelaki itu menjawab, “Ada di depan engkau.”

Sungguh kaget Yahudi itu. Ternyata yang sejak tadi ia tanya adalah seorang Khalifah, ia ceritakan segala apa yang dilakukan oleh Gubernur Mesir padanya.

Laporan tersebut membuat Khalifah Umar bin Khattab marah dan wajahnya menjadi merah padam. Setelah amarahnya mereda, kemudian orang Yahudi itu diminta untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah, lalu diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar bin Khattab.

Khalifah Umar bin Khattab kemudian menggores tulang tersebut dengan huruf alif yang lurus dari atas ke bawah dan di tengah goresan itu ada lagi goresan melintang menggunakan ujung pedang, lalu tulang itu pun diserahkan kembali kepada orang Yahudi tersebut sambil berpesan:

“Bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir dan berikanlah kepada Gubernur Amr bin ‘Ash”, jelas Khalifah Umar bin Khattab.

Si Yahudi itu kebingungan ketika diminta untuk membawa tulang yang telah digores dan memberikannya kepada Gubernur Amru bin ‘Ash.

Gubernur Amru bin ‘Ash yang menerima tulang tersebut, langsung tubuhnya menggigil kedinginan serta wajahnya pucat pasi. Saat itu juga Gubernur Amru bin ‘Ash mengumpulkan rakyatnya untuk membongkar kembali masjid yang sedang dibangun dan membangun kembali gubuk yang reyot milik orang Yahudi itu.

“Bongkar masjid itu!”, teriak Gubernur Amru bin Ash gemetar.

Orang Yahudi itu merasa heran dan tidak mengerti tingkah laku Gubernur. “Tunggu!” teriak orang Yahudi itu.

"Maaf Tuan, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu, sehingga Tuan berani memutuskan untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak mengerti!”, kata orang Yahudi itu lagi.

Gubernur Amru bin Ash memegang pundak orang Yahudi itu sambil berkata: “Wahai kakek, tulang ini hanyalah tulang biasa dan baunya pun busuk.”

“Mengapa ini bisa terjadi. Aku hanya mencari keadilan di Madinah dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa dari benda busuk tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” kata orang Yahudi itu.

“Tulang ini merupakan peringatan keras terhadap diriku dan tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah Umar bin Khattab. Artinya, “Apa pun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini, karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak bertindak adil dan lurus seperti goresan tulang ini, maka Khalifah tidak segan-segan untuk memenggal kepala saya”, jelas Gubernur Amr bin ‘Ash.

Orang Yahudi itu tunduk terharu dan terkesan dengan keadilan dalam Islam.

“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh aku rela menyerahkan tanah dan gubuk itu. Bimbinglah aku dalam memahami ajaran Islam!”.

Yahudi itu mengucapkan syahadat dan ia mengikhlaskan gubuknya sebagai area masjid. Itulah Khalifah Umar, seorang Yahudi masuk Islam berkat keadilan dari Umar.

“Bagaimana seorang pemimpin memahami nasib rakyatnya jika pemimpin itu belum merasakannya sendiri.” [Umar bin Khattab]



10 sahabat penghuni surga

 
 

10 SAHABAT RASUL YANG DIJAMIN MASUK SURGA


Kesetiaan para sahabat dalam berjuang bersama Rasulullah ﷺ dalam menegakkan, menyiarkan dan membela agama Islam dengan pertaruhan jiwa raga, layak mendapat ganjaran yang paling mulia. Ketika mereka masih hidup, Rasulullah ﷺ menyebutkan 10 (sepuluh) sahabat-sahabat terbaiknya dijamin masuk surga. Sahabat Abdurrahman bin ‘Auf menceritakan kepada kita bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Abu Bakar di Surga, Umar di Surga Utsman di Surga, Ali di Surga, Thalhah di Surga, az-Zubair di Surga, Abdurrahman bin ‘Auf di Surga, Sa’ad di Surga, Sa’id di Surga, dan Abu Ubaidah Ibnu Jarrah di Surga.”

(HR. At-Tirmidzi No. 3747. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi dan Al-Misyjah 6118).

Berikut ini profil singkat ke-10 sahabat Rasulullah ﷺ yang dijamin masuk surga:


1⃣ Abu Bakar As Shiddiq رضي الله عنه

Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhafah. Ayahnya, Abu Quhafah yang nama aslinya adalah Usman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib At Taimiy Al Qurasy bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah ﷺ di Murrah bin Ka’ab. Ibu Abu Bakar adalah Ummul Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah.

Usia beliau 63 tahun, sama seperti Rasulullah ﷺ. Dia termasuk orang yang pertama masuk Islam. Manusia terbaik setelah Rasulullah ﷺ. Mengemban kekhilafahan selama 2,5 tahun. Riwayat-riwayat lain menyebutkan 2 tahun 4 bulan kurang 1 hari; 2 tahun; 20 bulan.


2⃣ Umar bin Khatab رضي الله عنه

Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdil Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razakh bin Adiyy bin Ka’b bin Lu’ai bin Ghalib. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah ﷺ di Murrah bin Ka’ab. Ibunya adalah Khantamah binti Hasyim. Riwayat lain menyebutkan binti Hisyam bin Al Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Umar masuk Islam di Mekah, dan mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah ﷺ.


3⃣ Utsman bin Affan رضي الله عنه

Ia adalah cucu dari Abu al Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Nasab keturunannya bertemu dengan Rasulullah ﷺ di Abdu Manaf, yang merupakan kakek ke lima. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Habib bin Abdi Syams bin Abdu Manaf. Sementara Ibunya adalah putri Ummul Hakim Al Baidha’ binti Abdul Muthalib.

Utsman masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Melakukan hijrah 2 kali (Habasayah dan Madinah). Menikahi 2 puteri Rasulullah ﷺ. Mengemban kekhilafahan selama 12 tahun kurang 10 hari. Ada riwayat menyebutkan kurang 12 hari. Terbunuh pada 18 Dzulhijjah tahun ke-35 Hijriah ba’da Ashar. Saat itu ia sedang puasa. Ia meninggal pada usia 82 tahun.


4⃣ Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه

Dia adalah cucu Abdul Mutthalib, sepupu Rasulullah ﷺ. Dia dilahirkan oleh Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf. Fatimah adalah wanita Bani Hasyim pertama yang melahirkan keturunan dari Bani Hasyim. Masuk Islam di Mekah lalu hijrah ke Madinah dan wafat pada zaman Rasulullah ﷺ.

Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah puteri Rasulullah ﷺ. Kemudian lahirlah Hasan, Husein dan Muhassin dari pernikahan ini. Tetapi Muhassin wafat tatkala masih kecil.


5⃣ Thalhah bin Ubaidillah رضي الله عنه

Ia cucu Usman bin Amr bin Ka’ab bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Luayy bin Ghalib. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah ﷺ di Murrah bin Ka’ab. Ibu Thalhah adalah Sha’bah binti Khadrami, saudari al Ala’ bin Khadrami. Nama asli al Khadrami adalah Abdullah bin Abbad bin Akbar bin Auf bin Malik bin Uwaif bin Khazraj bin Iyadh bin Sidq. Ibunya masuk Islam dan wafat dalam Islam.

Thalhah masuk islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Turut serta dalam Perang Uhud dan peperangan setelahnya. Dia tidak turut dalam Perang Badar karena saat itu ia di Syam untuk berdagang. Tetapi Rasulullah ﷺ memberikannya harta rampasan perang Badar dan menetapkannya sebagai ahli Badar.

 6⃣ Zubair bin Awwam رضي الله عنه

Ia cucu Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushayy bin Kilab. Nasab keturunannya bertemu dengan Rasulullah ﷺ di Qushay bin Kilab, yang merupakan kakek ke lima. Ibunya, Shafiyyah binti Abdul Mutthalib, bibi Rasulullah ﷺ. Masuk Islam dan Hijrah ke Madinah.

Zubair berhijrah dua kali (Habasyah dan Madinah) dan ia shalat dua kiblat (sebelum diubah menghadap ka’bah, dahulu kaum muslimin shalat menghadap masjidil Aqsa). Ia adalah orang yang pertama kali menghunus pedangnya di perang fi sabilillah. Ia disebut hawary Rasulullah ﷺ.


7⃣ Sa’ad bin Abi Waqqas رضي الله عنه

Nama Abi Waqas adalah Malik bin Uhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Bertemu silisilah/keturunan dengan Rasulullah ﷺ di Kilab bin Murrah. Ibunya, Hamnah binti Sufyan bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdi Manaf. Sa’ad masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Ia berkata: “Saya adalah orang ketiga yang masuk Islam.”

Turut serta dalam Perang Badar dan seluruh peperangan setelahnya bersama Rasulullah ﷺ. Ia adalah orang yang pertama kali melontarkan anak panahnya di perang fi sabilillah. Adapun lontaran anak panahnya diarahkan pada sebuah pasukan yang di dalamnya terdapat Abu Sofyan. Pertemuan 2 pasukan itu terjadi dekat Rabigh di awal tahun pertama Rasulullah ﷺ  datang di Madinah.


8⃣ Said bin Zaid bin Amr رضي الله عنه

Ia cucu Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adyy bin Ka’b bin Luay bin Ghalib. Bertemu silsilah/keturunan dengan Rasulullah ﷺ di Ka’ab bin Luay. Ibunya, Fatimah binti Ba’jah bin Umayyah bin Khuwailid, dari Bani Mulaih dari Khuzaah.

Said bin Zaid adalah sepupu Umar bin Khatthab رضي الله عنه, dan menikah dengan saudara Umar, Ummu Jamil binti Khattab. Ia masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Namun ia tidak turut dalam Perang Badar. Diantara Puteranya adalah Abdullah, seorang penyair. Zubair bin Bakar berkata: Said anaknya sedikit, dan diantar mereka tinggal di luar Madinah. Said meninggal tahun 51 H, saat itu ia tengah berusia lebih dari 70 tahun.


9⃣ Abdurrahman bin Auf رضي الله عنه

Ia cucu Ibnu Abd bin al Haris bin Zuhrah bin Kilab. Bertemu silsilahnya dengan Rasulullah ﷺ di Kilab bin Murrah. Ibunya bernama as Syifa’. Riwayat lain menyebutkan al’ Anqa’ binti Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah ia masuk Islam dan hijrah.

Abdurrahman bin Auf masuk Islam pada awal datangnya Islam di Mekah. Turut serta dalam Perang Badar dan seluruh peperangan setelahnya bersama Rasulullah ﷺ. Dalam riwayat sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah menjadi makmum shalat padanya saat Perang Tabuk.


🔟 Abdullah bin al Jarrah رضي الله عنه

Ia cucu Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al Harrits bin Fihr bin Malik. Dilahirkan Ummu Ghanm binti Jabir bin Abdul Uzza bin Amir bin Umairah bin Wadi’ah bin Al Harits bin Fihr. Dalam riwayat lain: Umaimah binti Ghanm bin Jabir bin Abdul Uzza. Bertemu silsilah/ keturunan dengan Rasulullah ﷺ di Fihr bin Malik.

Abu Ubaidah masuk islam pada awal datangnya Islam di Mekah, sebelum Rasulullah ﷺ masuk Darul Arqam. Turut serta dalam Perang Badar dan beberapa peperangan setelahnya bersama Rasulullah ﷺ. Pada saat Perang Uhud, ia mencabut dua gelang (dari rajutan baju besi) yang menancap di wajah Rasulullah ﷺ dengan gigi depannya. Akibatnya, tanggallah 2 giginya.

 
📚Referensi:
Sejarah Rasulullah, Al-Hafiz Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Maqdisy,

Keluarga yang dicintai rasul

 

Cinta Rasulullah ﷺ kepada Keluarga Ammar bin Yasir

    Keluarga Ammar bin Yasir adalah keluarga yang paling menderita ketika penyiksaan terhadap kaum muslimin datang bertubi-tubi. Setiap hari Ammar, Yasir ayahnya, dan Sumayyah ibunya, diseret ke padang pasir dan diazab dengan berbagai azab dan siksaan. Kengerian siksaan itu sudah tidak terlukiskan. Namun keluarga Yasir tetap mempertahankan kehormatan imannya.

Setiap kali keluarga Yasir disiksa, Rasulullah ﷺ datang dan menghibur mereka.

Suatu ketika Ammar berkata, "Rasulullah, azab yang kami derita telah sampai di puncaknya."

Rasulullah ﷺ bersabda, "Sabarlah, wahai keluarga Yasir, tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga!"

    Akhirnya, siksaan kejam di luar batas kemanusiaan itu merengut nyawa Yasir dan istrinya Sumayyah. Lain halnya dengan Ammar, ia disiksa sedemikian rupa sampai ia tidak sadar lagi apa yang dikatakannya. Dalam keadaan itu ia mengucapkan pujaan terhadap berhala mengikuti ucapan para penyiksanya. Setelah sadar Ammar menangis mengungkapkan   penyesalan tiada tara. Namun Rasulullah ﷺ datang dan bersabda, "Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu?"

"Benar wahai Rasulullah," ratap Ammar penuh sengsara.  Maka Rasulullah ﷺ bersabda sambil tersenyum lembut, "Jika mereka memaksamu lagi tidak apa. Ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi."

Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan ayat Al-Qur'an

"Kecuali orang yang dipaksa,  sedang hatinya tetap teguh dalam  keimanan..." (QS. An-Nahl: 106)

Suatu sore, Rasulullah ﷺ dengan wajah berseri-seri bersabda, "Surga telah merindukan Ammar."

Begitu sayangnya Rasulullah ﷺ kepada Ammar bin Yasir sampai beliau bersabda, "Diri Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya!"

    Ketika ada orang yang bertengkar dengan Ammar karena salah paham Rasulullah juga bersabda, "Apa maksud mereka terhadap Ammar? Diserunya mereka ke surga tapi mereka hendak mengajaknya ke neraka! Sungguh Ammar adalah biji mataku sendiri!"


" Kuatkanlah Keimanan anda, Jangan sampai Tergoyahkan "

kisah perjuangan sahabat habib bin zaid

 

🌴 Cinta Habib bin Zaid kepada Rasulullah ﷺ 🌴 


    Ketika Rasulullah ﷺ masih hidup ada seseorang bernama Musailamah yang mengaku-ngaku sebagai nabi. Maka ia menulis surat kepada Rasulullah ﷺ, "Dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah, ketahuilah bahwa saya telah diangkat sebagai rekan anda. Maka kita bagi dua bumi ini, separuh untuk anda dan separuh untuk saya."

Maka Rasulullah ﷺ mengutus Habib bin Said untuk menyampaikan surat balasan. Alangkah bangganya Habib karena pilihan Rasulullah ﷺ jatuh kepadanya. Musailamah membaca surat Rasulullah ﷺ yang berbunyi "Bismillahirrahmanirrahim dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah si pembohong. Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk. Ketahuilah, bahwa bumi ini adalah milik Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, sedang kemenangan akan berada di pihak orang-orang yang Taqwa."

    Musailamahpun murka. Ia memerintahkan agar Habib disiksa habis-habisan. Setelah itu dikumpulkannya seluruh rakyatnya. Di hadapan mereka, Musailamah yang kejam itu bertanya kepada Habib yang tubuhnya penuh dengan siksaan, "Apakah kamu mengakui bahwa Muhammad itu utusan Allah?"

"Benar," jawab Habib mantap, "Saya mengakui bahwa Muhammad itu utusan Allah."

"Dan kamu mengakuiku sebagai utusan Allah?"

"Tidak pernah saya mendengar hal seperti itu!" jawab Habib tenang.

Dengan wajah memerah Musailamah memerintah algojo agar menusuk Habib dan memotong-motong tubuhnya.  Selama siksaan itu sampai ajalnya, Habib bin Zaid mengulang-ulang Senandung suci "Lailahaillallah muhammadarrasulullah..."

Atas izin Allah, kelak Nusaibah binti Ka'ab, ibunda Habib memenuhi janjinya untuk membunuh Musailamah bersama para mujahid lain dalam perang Yamamah.


~~~ Orang Mukmin adalah Cermin bagi Mukmin yang lainnya ~~~

kisah sa'ad bin muadz

 

Cinta Sa'ad bin Muadz kepada Rasulullah

    Kecintaan Sa'ad bin Muadz kepada Rasulullah ﷺ tidak terkira besarnya dalam Perang Khandaq, sebatang panah menembus urat nadi di tangannya. Ketika ia dirawat, Sa'ad bin Muadz yang begitu besar  sayangnya kepada Rasulullah ﷺ berdoa, "Ya Allah jika dari peperangan dengan Quraisy ini masih ada peperangan lain yang Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya karena tidak ada golongan yang ingin kuhadapi selain kaum yang telah menganiaya, mendustakan, dan mengusir Rasul-Mu.
Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang diantara kami dengan mereka,  jadikan kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekarang ini sebagai jalan untuk menemui Syahid."

Doa Sa'ad bin Muadz terkabul. Setelah Perang Khandaq tidak ada lagi pertempuran dengan Quraisy karena tidak lama setelah itu, Mekah takluk dengan damai.

    Maka, luka yang diderita Sa'ad semakin lama semakin parah. Rasulullah ﷺ datang dan melihat sahabat yang sangat mencintainya itu sedang menghadapi maut. Maka beliaupun meraih kepala Sa'ad bin Muadz dan menaruhnya di pangkuan beliau sambil berdoa, "Ya Allah Sa'ad telah berjihad di jalan-Mu. la telah membenarkan Rasul-Mu dan telah memenuhi kewajibannya. Maka, terimalah rohnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima roh."

Doa itu menentramkan roh Sa'ad. Dengan susah payah dibukanya mata dan berharap kiranya wajah Rasulullah ﷺ yang terakhir kalinya dilihat selagi hidup ini. Harapan itu terkabul. Ditatapnya wajah Rasulullah ﷺ penuh kasih lalu diucapkannya salam terakhir,  "Salam atasmu, wahai Rasulullah!  Ketahuilah bahwa aku bersaksi bahwa Anda adalah Rasul utusan Allah."

Dengan air mata berlinang Rasulullah ﷺ membalas, "Kebahagiaan bagimu wahai Abu Amr."


" Cintailah Nabi dan Keluarganya melebihi engkau cinta kepada dirimu dan keluargamu "



 

cerita 3 orang yahudi yang diuji imannya

 

 Rasulullah ﷺ Bercerita 

    Selain memberi pesan dan nasehat serius, Rasulullah ﷺ pun sangat pandai bercerita. Apa yang Rasulullah ﷺ kisahkan selalu mempesona hati sekaligus mengandung pelajaran. Para sahabat sangat menyukai cerita Rasulullah ﷺ yang bisa mengusir jenuh dan mencairkan kebekuan hati. Rasulullah ﷺ bersabda, "Telinga kita seringkali merasa muak. Maka perdengarkanlah syair-syair dan cerita-cerita kalian."

Mari kita dengarkan beberapa cerita dari Rasulullah ﷺ.

    Pada masa sebelum kenabian Rasulullah ﷺ, hiduplah tiga orang Yahudi yang amat sengsara. Mereka dijauhi orang karena keadaan masing-masing yang menyedihkan. Yahudi pertama berpenyakit kusta, yang kedua berkepala botak, dan yang ketiga buta. Tidak bisa dikatakan beriman seorang hamba sebelum ia diuji oleh Allah ﷻ dengan kesulitan atau kebahagiaan. Maka Allah ﷻ mengutus malaikat kepada ketiga orang Yahudi itu untuk menguji mereka.

Malaikat utusan itu mengubah diri menjadi seorang laki-laki berpakaian bersih dan mendatangi penderita kusta.

"Hal apa yang paling kau cintai?" tanya malaikat.

"Kulit yang halus dengan warna yang bagus dan kesembuhan dari penyakit yang menyebabkan orang-orang membenciku." jawabnya.

Malaikat mengusapkan tangannya dan sembuhlah si penderita kusta.

Kemudian malaikat bertanya, "Lalu harta apa yang paling kau sukai?"

"Unta," jawab Yahudi yang kini berkulit halus itu penuh harap.

Maka malaikat memberinya seekor unta betina yang sedang mengandung sambil berkata, "Semoga Allah memberkatimu dengan pemberian ini."

    Kemudian mereka datang dan menyembuhkan Yahudi botak. Setelah rambut tebal dan halus tumbuh di kepalanya, malaikat memberinya seekor sapi yang sedang mengandung dan mendoakan keberkahannya.

    Malaikat juga menyembuhkan mata si buta dan membuatnya kembali bisa melihat warna-warna di dunia ini. Kemudian sesuai permintaan orang itu, malaikat memberinya seekor kambing yang sedang mengandung dan mendoakan kebahagiaan dan keberkahan.

Kefakiran dan Kekafiran

Sedapat mungkin kita menghindari diri dari kemiskinan karena kemiskinan dekat pada kefakiran dan kekafiran. Rasulullah ﷺ berdoa,  "Ya Allah aku berlindung kepadamu dari kekafiran dan kefakiran." Ada seorang bertanya, "Apakah keduanya dekat?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Benar."

    Kemudian ketiga hewan pemberian itu melahirkan dan dalam waktu yang tidak beberapa lama unta, sapi, dan kambing itu telah memenuhi padang gembala. Hal itu berkat doa si malaikat dan berkat kesabaran ketiga orang yahudi itu kepada Allah saat mereka tengah menderita.
Kemudian kini Allah ﷻ ingin menguji rasa syukur ketiganya saat mereka telah dilimpahkan dengan karunia.

    Malaikatpun diutus lagi tetapi kali ini ia menyamar menjadi penderita kusta. Kepada si pemilik unta, malaikat menghiba, "Aku adalah musafir malang yang kehabisan bekal perjalanan, atas nama dzat yang telah memberimu kulit indah dan harta berupa unta, aku mohon diberi sedikit bekal untuk meneruskan perjalanan."

"Tidak, permintaanmu terlalu banyak!" tolak pemilik unta.

"Bukankah dulu engkau penderita kusta yang fakir dan dikucilkan orang, lalu Allah menolong dan menganugerahimu?" tanya malaikat.

"Aku adalah orang berharta dan aku mewarisi harta ini dari orang kaya pula!" bantah si pemilik unta  sambil membusungkan dada.

Malaikat pun akhirnya berkata, "Seandainya engkau berdusta, Allah akan mengembalikanmu seperti dahulu!"

    Setelah itu, malaikat menyamar menjadi lelaki botak dan mendatangi si pemilik sapi, "Berilah aku bekal perjalanan atas nama dzat yang telah memberimu rambut yang indah dan harta berupa sapi yang melimpah."

Namun, si pemilik sapi sudah berubah menjadi orang yang angkuh dan kikir. Ia menolak permintaan itu dan malaikat pun mengatakan hal yang sama, "Seandainya kau berdusta Allah akan mengembalikanmu seperti dahulu!"

    Kemudian malaikat pun menyamar menjadi pengemis buta dan mendatangi si pemilik kambing untuk meminta belas kasihan. Berbeda dengan kedua temannya, si pemilik kambing tersenyum dan berkata, "Sungguh dahulu aku buta sepertimu, lalu Allah mengembalikan penglihatanku serta memberiku harta yang banyak. Maka ambillah apa yang engkau kehendaki dari hartaku. Sungguh aku tidak akan keberatan demi ridha Allah yang Maha Perkasa dan Maha Mulia."

Maka malaikat pun menjawab, "Milikilah hartamu itu. Sesungguhnya Allah hanya ingin menguji kalian bertiga, Allah telah meridhoimu dan memurkai kedua temanmu."

Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita rasul siatas yaitu

  • Jangan sampai terlena akan kenikmatan dunia
  • Ingatlah bahwa semua yang kita miliki milik Allah
  • Kekayaan termasuk dari ujian dari Allah
  • Jangan mempunyai sifat rakus, kikir, angkuh/sombong.
  • Salinglah tolong menolong

Semoga Kisah diatas bisa menginspirasi kita agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Amin...




~~~ Seseorang itu akan dikumpulkan dengan orang yang dicintai di hari kiamat  maka cintailah Nabimu dan orang orang yang sholeh ~~~

cerita ummu salamah menjadi ummul mukminin

 

💐 Ummu Salamah Menjadi Ummul Mukminin 💐



    Tidak terkira besarnya duka Ummu Salamah. Seorang mujahid besar telah pergi meninggalkan mujahidah besar yang menjanda dan harus memikul beban menghidupi anak-anaknya. Ucapan bela sungkawa dan uang sudah datang dari sana sini. Namun itu hanya bersifat sementara. Kehidupan berat yang sepi menunggu seperti jalan yang panjang.

    Dua orang sahabat besar Abu Bakar dan Umar bin Khatab merasa amat iba. Mereka pun mengirim orang untuk melamar Ummu Salamah tetapi kedua pinangan itu ia tolak.

"Adakah orang lain yang sebaik Abu Salamah?" demikian kata Ummu Salamah.

    Ia benar-benar sulit menghapus bayangan suami yang amat dicintainya itu sampai akhirnya lamaran Rasulullah ﷺ pun datang. Mulanya, Ummu Salamah ragu karena tidak ingin melemparkan beban hidupnya kepada Rasulullah ﷺ. Namun akhirnya Ummu Salamah pun berkata, "Marhaban ya Rasulullah, dengan segala senang hati, saya terima lamaran Tuan yang telah sudi meminang seorang wanita pencemburu, banyak anak,  dan tidak memiliki sanak saudara yang akan hadir."

    Rasulullah ﷺ mengirim utusan yang menyampaikan sabda beliau, "Mengenai ucapanmu bahwa engkau tertimpa musibah karena banyak anak, maka Allah jua yang akan meringankan beban anak-anakmu. Mengenai ucapanmu bahwa engkau seorang wanita pencemburu, maka aku akan mendoakanmu agar Allah melenyapkan sifat pencemburumu itu. Mengenai ucapanmu bahwa tidak ada seorang wali dan sanak saudara yang hadir, maka tidak seorangpun dari mereka yang akan berkeberatan dengan pernikahanmu denganku."

    Konon yang menikahkan Rasulullah ﷺ dengan Ummu Salamah adalah saudara sepupu Ummu Salamah sendiri, Umar bin Khattab. Ketika Rasulullah ﷺ memberitahukan bentuk mas kawinnya, tanpa ragu  Ummu Salamah menjawab, "Aku Ridha."

    Mas kawin itu berupa sehelai selimut yang pada musim panas dipakai juga sebagai permadani, sebuah bantal dari kulit yang diisi dengan serabut kurma, dua buah gilingan tepung, dua buah kendi, dan sebuah baskom untuk mengolah roti.

    Tempat tinggal Ummu Salamah di bilik milik almarhumah bunda Zainab binti Khuzaimah. Di bilik  itu Ummu Salamah menemukan sebuah kendi berisi jelai, sebuah gilingan batu, dan sedikit mentega. Ummu Salamah mengolah jelai dan mentega itu menjadi makanan. Itulah makanannya dan makanan Rasulullah ﷺ pada malam pernikahan mereka yang penuh berkah.

    Ummu Salamah yang cerdas meriwayatkan beberapa hadits Rasulullah ﷺ diantaranya "Siapapun istri yang mati sedangkan suaminya penuh keridhaan kepadanya niscaya ia akan masuk surga" (H.R. Tirmidzi)



~~~ Sebaik-baik wanita adalah yang paling mudah maharnya ~~~

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Writer by : Cak Irul



kisah istri rasul yang setia

 

🌷Ummu Salamah yang Setia 🌷

 


    Ibu Kaum Muslimin yang lain adalah Ummu Salamah binti Zadir Rarri. Ia adalah putri bangsawan Mekah yang sangat murah hati dan luhur budi pekertinya. Nama asli beliau adalah Hindun binti Abu Umayyah Al Makhzumi.

    Pada mulanya, ia adalah istri Abu Salamah Abdullah bin Al Asad Al Makhzumi. Bersama suaminya ini Ummu Salamah termasuk dalam jajaran orang yang pertama kali memeluk Islam. Ketika hijrah ke Madinah, Abu Salamah terpaksa pergi seorang diri karena Ummu Salamah ditahan oleh kabilahnya.

    Saat itu, Ummu Salamah yang sangat setia kepada suaminya menjadi amat menderita. Rasa rindu dan kesedihan menaungi Ummu Salamah dari hari ke hari. Keadaan Ummu Salamah ini akhirnya membuat kabilahnya sendiri tidak tega, mereka pun mengizinkan Ummu Salamah menyusul suaminya ke Madinah. Sulit sekali untuk melukiskan indahnya pertemuan suami istri yang paling setia dan begitu menyayangi satu sama lain ini.

    Suatu hari Ummu Salamah berkata kepada suaminya, "Kanda maukah kau sehidup semati denganku? Apabila aku mati, janganlah menikah dengan orang lain. Apabila kamu meninggal, aku pun tidak akan menikah lagi."

"Maukah engkau mematuhiku dengan apa yang lebih baik daripada itu?" tanya Abu Salamah.

"Aku selalu siap memenuhi keinginanmu Kanda!" jawab Ummu Salamah

"Engkau boleh menikah lagi..."

    Kemudian Abu Salamah berdoa, "Ya Allah, karuniakanlah kepada Ummu Salamah sepeninggalku, suami yang lebih baik daripadaku dan tidak membuat resah dan susah hatinya."

    Dalam Perang Uhud Abu Salamah terluka. Dua bulan kemudian ia memimpin pasukan dan berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun luka dalam Perang Uhud terbuka kembali.

    Abu Salamah akhirnya wafat. Dari sejak sakit sampai meninggalnya  Rasulullah ﷺ menunggui Abu Salamah di pembaringan. Rasulullah ﷺ bertakbir 9 kali sebagai tanda kesedihan yang mendalam kepada Abu Salamah. Ketika para sahabat bertanya heran, Rasulullah ﷺ bersabda, "Kalaupun aku betakbir seribu kali untuk Abu Salamah itu masih pantas untuknya."

    Menurut Rasulullah ﷺ sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak kebaikannya. Demikian sabda Rasulullah ﷺ tentang umur dan kematian.  "Barangsiapa yang dipanjangkan umurnya dalam berislam mencapai 40 tahun, Allah hindarkan dia dari berbagai bencana gila, dusta, dan jika menambah 50 tahun, Allah akan ringankan perhisabannya. Jika mencapai 60 tahun Allah menganugerahkan kepadanya sifat mendekatkan diri kepada Allah, jika mencapai 70 tahun diampuni Allah beserta dosanya yang dahulu dan yang akan datang." (H.R. Anas bin Malik)


~~~ Semoga kita mendapat keberkahan dari cerita mulia ini ~~~







Writer by : Cak Irul

kisah rasulullah membela kehormatan orang lain

 🕋 Rasulullah Membela Kehormatan Orang Lain 🕋

 

 

Tempat berkumpul yang paling mulia adalah majelis menuntut ilmu dan berzikir. Di  tempat seperti inilah Rasulullah ﷺ sering berkumpul dengan para sahabat untuk memberikan petunjuk dan pengajaran. Dalam majelis itu beliau meluruskan kesalahan, mengingatkan yang lupa, dan memberikan segala petunjuk kebaikan. Rasulullah ﷺ selalu melarang gosip, gunjingan, dan adu domba. Beliau tidak rela jika seseorang menceritakan aib orang lain.

    Urban bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ sedang bersiap-siap memimpin shalat. Beliau menoleh dan memeriksa jamaahnya. Saat itulah, beliau teringat seseorang.

"Di mana Malik bin Dakhsyam?" tanya Rasulullah ﷺ.

    Mengetahui Malik sudah beberapa kali tidak ikut shalat berjamaah, dengan disengaja seseorang menjawab, "Dia adalah munafik yang tidak suka kepada Allah dan Rasul-Nya."

    Rasulullah ﷺ menatap orang yang berkata begitu dengan pandangan menegur, kemudian beliau bersabda,  "Janganlah begitu, bukankah dia telah mengatakan tiada Tuhan selain Allah dengan mengharap ridha Allah? Sesungguhnya, Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang yang mengatakan "lailaha ilallah" untuk meraih keridhaan Allah."

    Beliau mengulangi pernyataan tersebut sampai tiga kali. Demikianlah Rasulullah ﷺ melarang orang bersaksi palsu dan menggunjing. Abu Bakar meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersandar di tembok dan bertanya kepada para sahabatnya, "Maukah kalian kuberitakan tentang dosa yang paling besar?"


    Para sahabat mengiyakan lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua."



    Kemudian Rasulullah ﷺ duduk dan bersabda, "Ingatlah juga kesaksian palsu dan berbohong."

    Beliau mengulangi kata-kata terakhir itu terus menerus sampai para sahabat berharap dalam hati agar beliau berhenti mengucapkan itu.

    Bunda Aisyah pernah menceritakan tentang Bunda Sofia kepada Rasulullah ﷺ begini dan begitu. Namun Rasulullah ﷺ menasehati Bunda Aisyah agar tidak mengulangi percakapan demikian.

    Tingkatan cinta kepada saudara yang paling rendah adalah berlapang dada pada yang lain. Tidak patut seorang muslim dengki kepada yang lain kecuali seperti dalam hadits Riwayat Bukhari bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidak boleh dengki kecuali dua hal, yaitu seorang yang diberi Allah ﷻ kekayaan dan dipergunakannya kekayaan itu untuk mempertahankan yang haq dan kepada seseorang yang diberi Allah ilmu yang dengan ilmu itu diajarkan dan diamalkannya."


    ~~~Semoga kita bisa meneladani sifat Rasul Saw.~~~





Create by : Cak Irul